Home » » DILEMA TOILET SPBU

DILEMA TOILET SPBU

Matahari menyapa Day dengan senyum sinisnya. Tak apalah, nyatanya memang Day telat bangun hari ini. kebin tidngungan pun melanda, dan taukah kalian bahwa kebingungan yang paling menderitakan adalah ketika bingung menentukan apa yang harus dilakukan.

Hari ini, pemilu presiden BEM fakultas berlangsung di kampus. Tapi itu tidak membuat Day harus berangkat lebih pagi dari jam kuliah. Sedikit demi sedikit, kenyamanan pun datang menghinggapi Day untuk tetap tinggal di rumah.

Suasana rumah yang kurang “layak” (menurut Day) ternyata bisa Day nafikan dengan menikmatinya. Ini merupakan faktor yang Day pertimbangkan beberapa waktu lalu. Meskipun tempat tinggal orang tua Day tak sebagus kebanyakan rumah, namun cukup nyaman bagi Day untuk memenuhi kebutuhan harian. Begitupun di rumah baru Day ini.

Yang penting toilet!!!!

Hal yang paling utama dalam sebuah rumah adalah toilet atau kamar mandi. Kamar mandi merupakan cermin dari penghuni rumah tersebut. Kamar mandi yang bersih merupakan ciri keluarga yang memperhatikan kebersihan.

Bukan hanya di rumah, tetapi aturan ini juga berlaku di kampus, masjid, warung makan dan tempat umum lainnya.

Alasan prioritas Day terhadap kamar mandi karena Day memiliki masalah dengan intensitas buang air yang cukup sering. Maaf, numpang curhat. Jadi, kamar mandi sudah menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari hidup Day, hehehe.

Ketika dalam perjalanan, beberapa tempat yang cukup nyaman dan menjadi favorit Day untuk melepas lelah dan mengeluarkan beban berat yaitu SPBU. Hampir semua SPBU menyediakan  fasilitas toilet, musholla serta mini market.

Tidak seperti tempat umum lainnya, biasanya toilet-toilet di SPBU lebih terawat dan terjaga kebersihannya. Hal ini membuat pengunjung seperti Day semakin nyaman dan betah untuk memanfaatkannya. Bahkan tak jarang Day mampir ke SPBU hanya untuk buang air kecil tanpa membeli bahan bakar.

Dilema toilet

Dalam dunia per-toilet-an, bukan hal yang mudah untuk menentukan pilihan. Diantaranya yaitu ketika dalam suasana formal seperti kuliah, seminar dan sebagainya. Antara menjaga sikap di depan dosen dan menahan beban yang ingin dikeluarkan atau meninggalkan ruangan barang sejenak? Hal ini menjadi dilema bagi Day.

Meskipun sebenarnya dosen bisa memaklumi, tetapi dalam suasana seperti itu, rasanya tidak tepat untuk meninggalkaan forum. Akhirnya, tak jarang Day menahan pipis hingga perkuliahan selesai. Sebagai antisipasi, ketika dosen hendak masuk Day segerakan menuju toilet. Batin Day, “tak apa lah telat, asal tidak keluar di tengah perkuliahan.”

Namun di sisi lain, ketika kebutuhan yang semacam ini menuntut untuk segera terpenuhi, tentu sangat dibutuhkan suasana yang nyaman untuk melepaskan beban. Bukan hanya sekedar mampu menampung, tapi juga memberikan rasa rileks.

Sebagai orang yang memiliki mobilitas tinggi di luar rumah, tentu bukan hal yang mustahil akan terjadi hal-hal yang tidak terduga. Seperti halnya kasus toilet ini. tak bisa direncakana, pun tak bisa ditolak. Begitulah kira-kira gambarannya. Dengan kata lain “memaksa”. Sehingga tak ada yang bisa membuat janji bahkan membatalkan secara sepihak.

Bagaimana jadinya jika toilet yang ada tidak layak?

Pertanyaan yang tidak mengagetkan memang. Sangat sulit menemukan toilet yang menyandang predikat layak, bahkan di tempat umum sekalipun. Satu-satunya yang layak menurut Day adalah toilet SPBU, itupun tidak semdua SPBU menyandang predikat layak.

Semoga di waktu mendatang segera terbangun sarana umum ynag memenuhi kriteria serta terwujud SDM yang sadar akan pentingnya budaya hidup bersih, terutama di tempat umum khususnya toilet.

Pesan Day: keinginan yang tak bisa dibendung memag menyakitkan, namun bukan berarti kesakitan itu harus ditambah dengan kondisi sarana yang me(sensor)kan. Terima kasih.

Jangan lupa untuk mencantumkan saran dan kritik di kolom komentar yah... 

0 comments:

Posting Komentar

Hosting Gratis

Total Pageviews

Ad Space

Ad Space

Blogger news

Hosting Gratis
Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

search here