REVIEW "ROMI DAN YULI DARI CIKEUSIK"

Gadis bernama Yuli itu tak henti-hentinya menangis dalam setiap sujud malamnya. Hatinya yang sedang berkecamuk membuatnya ingin selalu mendekat pada sang Pencipta. Sebuah penyakit yang sulit disembuhkan membuat sang kekasih pergi meninggalkannya dan memilih menikah dengan gadis lain. Namun, dalam pekatnya keheningan tiba-tiba hadir sosok lelaki yang membuatnya lupa akan kegundahannya. Hingga ia tau apa yang membuatnya mampu terlupa dengan segala yang cobaan membelitnya.
Lelaki itu bernama Romi, seorang Ahmadiy yang taat karena asuhan dari orang tuanya sejak kecil yang merupakan kiai ahmadiyah. Sayangnya, Yuli tidak sempat tahu hal itu untuk sekian lama waktunya. Sejak pertemuan di sebuah pagelaran seni, mereka menjadi lebih sering bertemu. Dimana saja, ya.. untuk sekedar bercanda dan menuangkan segala yang meraka rasa.
Waktu terus berjalan hingga keduanya menemukan keyakinan untuk menaungkan hubungan dalam sebuah mahligai suci pernikahan. Kedua keluarga berkumpul dalam sebuah niat suci, namun tak ada persoalan agama yang dibicarakan disana. Hingga acara selesai, Romi serta Yuli siap menunggu hari yang diharapkan.
Setelah hari itu, kebahagiaan senantiasa meliputi Romi dan Yuli. Namun sebuah peristiwa diskriminatif menegaskan adanya perbedaan di antara mereka. Sebuah penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di daerah Romi membuat Yuli terperanjak dan tak dapat menerima kenyataan bahwa Romi, kekasihnya dalah seorang ahmadiy. sejak saat itu, hubungan mereka merenggang, dan Yuli kembali terisak.
Keduanya kini terpisah dan menghadapi keadaan yang sama, yaitu penolakan dari orang tua masing-masing. Penolakan yang disertai dengan berbagai hujatan dan pengkafiran, namun Romi dan Yuli pun sama-sama berusaha untuk meluruskannya. Yuli bresikeras mempertahankan Romi karena hanya Romi yang bisa menerima kekurangannya. Sontak orang tua Yuli kaget mendengar omongan Yuli. Kasih sayang dan harga diri bercampur menjadi satu.
Disisi lain, orang tua Romi pun menghujat dan mengkafirkan keluarga Yuli yang telah menghancurkan rumah serta masjid yang menjadi tempat ibadah mereka. mereka tak mau menerima penjelasan apapun dari Romi.
Diam-diam, Romi dan Yuli tetap bertemu dan mencoba mencari jalan keluar agar mereka tetap bisa bersatu dalam konflik yang sedang mendera dua keluarga tersebut. Dalam pertemuan itu, Romi tetap teguh untuk mempertahankan hubungan dengan melakukan apapun. Namun, Yuli tak mau begitu saja pergi tanpa izin dan restu dari kedua orang tuanya memilih untuk merelakan saja perpisahan mereka. Akhirnya, Romi memenangkan perdebatan dua hati tersebut. Yuli tetap berpihak pada Romi. Sekali lagi, tanpa sepengetahuan siapapun.
Kehidupan Yuli kembali terusik, orang tua Yuli mulai berusaha untuk menyingkirkan Romi dari kehidupan Yuli. Sejalan dengan hal itu, Hartono, cinta pertama Yuli yang lulusan Mesir pulan ke tanah air dan sering menanyakan keadaan Yuli. Tentu tak hanya itu, ada niat lain di balik setiap pertanyaannya. Tapi Yuli tetap tak tergoyah sedikitpun, hati Yuli hanya untuk Romi. 
Dalam dzikirnya yang semakin bergairah, tubuhnya mulai melemah. Hingga suatu hari Yuli terkulai lemas di atas sajadahnya. Dokter mengabarkan penyakitnya telah mencapai stadium empat. Betapa kagetnya keluarga Yuli.
Dalam kelemahan tubuhnya, Yuli mengigau nama yang diharapkan dapat bersatu dengan dirinya, Romi. Sang ibu tak tega dan meminta ayahnya untuk menyatukan dua hati yang tak mungkin terpisah tersebut. Antara ketetapan paham agama dan kasih sayang anak tunggalnya, sang ayah bimbang. Hingga akhirnya memutuskan untuk menikahkan Romi dengan Yuli dengan berpura pura tidak merestui di depan para jamaahnya.
Romi yang terharu dan sedih bercampur bahagia tak henti-hentinya mencium tangan ayah Yuli saat mendapat keputusan yang sangat berharga itu. Romi dan Yuli akan bersatu. Hingga hari yang bahagia itu telah tiba.
Romi bersama keluarga Yuli bersiap untuk melihat keadaan Yuli setelah mendapat restu dari orang tua Yuli. Namun, betapa kagetnya mereka saat memasuki ruangan. Seluruh tubuh Yuli telah tertutup oleh kain putih, Yuli pergi untuk selamanya. Tak ada yang terlihat disana selain kesedihan dan penyesalan yanga amat mendalam.
Akhirnya, kini kesedihan tak dapat lagi terbendung dari diri Romi. Kekasihnya telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. Romi tetap menjadi Ahmadiy, dan Ahmadiyah tetap dihujat dan dinyatakan kafir. Kepergian Yuli sama sekali tak memberi efek terhadap faham keagamaan mereka.
Betapapun besarnya gunung di lautan, cinta yang suci tetap akan berlabuh ke tujuannya. Namun jika Tuhan yang menghilangkan labuhnya, tak ada lagi yang bisa membantahnya.

catatan:
artikel ini merupakan review film singkat berjudul "Romi dan Yuli dari Cikeusik" yang dikirimkan penulis pada lomba review film beberapa bulan lalu. untuk mengetahui isi filmnya silakan download di bawah ini.


Romi dan Yuli dari Cikeusik

KANTINKU :(

Terik matahari siang membuat setiap orang malas untuk melanjutkan aktifitas. Pukul 12.00 memang merupakan waktu yang sering dimanfaatkan untuk menghentikan segala aktifitas baik fisik maupun pikiran. Hampir di setiap tempat memberlakukan sistem semacam itu, meskipun tidak diakui secara legal-formal.
Tak berbeda dengan suasana kampus siang ini. Setelah melalui jam kuliah yang cukup padat, semua seolah sepakat untuk berhenti melakukan aktifitas serius dan menggantikan dengan santai atau sekedar duduk melepas ketegangan saja.
Namun kali ini saya ingin mencari suasana yang berbeda dari biasanya. Tujuan utama adalah melepas lapar dan dahaga. Namun selain itu saya juga ingin mencari tahu bagaimana rasanya makan di kantin kampus yang sudah sekitar dua bulan tidak saya rasakan. Maklum, setelah menemukan tempat yang cocok untuk makan siang di warung luar kampus, saya jadi enggan menjamah kantin kampus.
Berbagai pertimbangan menghantui saya waktu itu. namun akhirnya saya luluh dan mengikuti teman saya untuk menuju ke kantin yang dimaksud.
Yup, check this out!!!
Dengan gontai saya melangkahkan kaki memasuki kantin yang terletak di antara dua gedung fakultas yang berbeda. Terlihat beberapa mahasiswa sedang menikmati makanan yang disediakan. Sepertinya menu yang disediakan adalah soto, rames dan mi instant. yah…. Gak bedalah sama warung lainnya.
Di depan bangunan warung, terdapat tiga buah gazebo yang berjajar rapi. “rame juga yah…,” batin saya waktu itu. Saking ramainya sampai-sampai kami, yang hanya berempat bingung menentukan tempat untuk duduk, apalagi untuk makan.
Keraguan kembali menghinggapi saya saat hendak memesan makanan. Seperti tidak memiliki selera sama sekali. Bukan apa-apa, mungkin karena suasana hati saya sedang tidak enak saja sehingga memepengaruhi nafsu makan saya.  Akhirnya, sotopun menjadi labuhan hati saya siang itu. Dengan bismillah saya memulai ritual makan siang saya.
Makanannya enak, hanya saja tak enak jika teringat wajah penjualnya yang manyun saat melayani saya tadi. Selain itu, kondisi warung yang ramai membuat saya malas untuk makan. Sampai akhirnya saya tidak sanggup untuk menghabiskan makanan yang sebenarnya hanya sedikit nasi dan beberapa suwiran ayam yang disiram denagn kuah khusus.
Dalam hati saya, “semoga saya gak kapok beli makan disini”. Suasananya asik sih, ramai. Namun alangkah baiknya jika mbaknya rajin menyungging senyum dan ramah kepada pelanggan. Sisi kebersihan pun harus selalu diperhatikan agar pelanggan merasa nyaman utuk membeli dan menyantap makanan yang disediakan.  
Mungkin saya memang pelanggan baru di kantin tersebut. Namun justru hal inilah yang nantinya menjadi tolok ukur sebuah pelayanan di mata konsumen. Mungkin tak banyak orang yang mempermasalahkan hal ini, namun apa salahnya mengubah sesuatu yang telah terlihat buruk dengan lebih baik. Semoga suatu hari nanti saya bisa berkunjung ke tempat tersebut dengn suasana yang lebih nyaman.
##
Berdasarkan pengalaman pribadi tanggal 27 Nopember 2013

DILEMA TOILET SPBU

Matahari menyapa Day dengan senyum sinisnya. Tak apalah, nyatanya memang Day telat bangun hari ini. kebin tidngungan pun melanda, dan taukah kalian bahwa kebingungan yang paling menderitakan adalah ketika bingung menentukan apa yang harus dilakukan.

Hari ini, pemilu presiden BEM fakultas berlangsung di kampus. Tapi itu tidak membuat Day harus berangkat lebih pagi dari jam kuliah. Sedikit demi sedikit, kenyamanan pun datang menghinggapi Day untuk tetap tinggal di rumah.

Suasana rumah yang kurang “layak” (menurut Day) ternyata bisa Day nafikan dengan menikmatinya. Ini merupakan faktor yang Day pertimbangkan beberapa waktu lalu. Meskipun tempat tinggal orang tua Day tak sebagus kebanyakan rumah, namun cukup nyaman bagi Day untuk memenuhi kebutuhan harian. Begitupun di rumah baru Day ini.

Yang penting toilet!!!!

Hal yang paling utama dalam sebuah rumah adalah toilet atau kamar mandi. Kamar mandi merupakan cermin dari penghuni rumah tersebut. Kamar mandi yang bersih merupakan ciri keluarga yang memperhatikan kebersihan.

Bukan hanya di rumah, tetapi aturan ini juga berlaku di kampus, masjid, warung makan dan tempat umum lainnya.

Alasan prioritas Day terhadap kamar mandi karena Day memiliki masalah dengan intensitas buang air yang cukup sering. Maaf, numpang curhat. Jadi, kamar mandi sudah menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari hidup Day, hehehe.

Ketika dalam perjalanan, beberapa tempat yang cukup nyaman dan menjadi favorit Day untuk melepas lelah dan mengeluarkan beban berat yaitu SPBU. Hampir semua SPBU menyediakan  fasilitas toilet, musholla serta mini market.

Tidak seperti tempat umum lainnya, biasanya toilet-toilet di SPBU lebih terawat dan terjaga kebersihannya. Hal ini membuat pengunjung seperti Day semakin nyaman dan betah untuk memanfaatkannya. Bahkan tak jarang Day mampir ke SPBU hanya untuk buang air kecil tanpa membeli bahan bakar.

Dilema toilet

Dalam dunia per-toilet-an, bukan hal yang mudah untuk menentukan pilihan. Diantaranya yaitu ketika dalam suasana formal seperti kuliah, seminar dan sebagainya. Antara menjaga sikap di depan dosen dan menahan beban yang ingin dikeluarkan atau meninggalkan ruangan barang sejenak? Hal ini menjadi dilema bagi Day.

Meskipun sebenarnya dosen bisa memaklumi, tetapi dalam suasana seperti itu, rasanya tidak tepat untuk meninggalkaan forum. Akhirnya, tak jarang Day menahan pipis hingga perkuliahan selesai. Sebagai antisipasi, ketika dosen hendak masuk Day segerakan menuju toilet. Batin Day, “tak apa lah telat, asal tidak keluar di tengah perkuliahan.”

Namun di sisi lain, ketika kebutuhan yang semacam ini menuntut untuk segera terpenuhi, tentu sangat dibutuhkan suasana yang nyaman untuk melepaskan beban. Bukan hanya sekedar mampu menampung, tapi juga memberikan rasa rileks.

Sebagai orang yang memiliki mobilitas tinggi di luar rumah, tentu bukan hal yang mustahil akan terjadi hal-hal yang tidak terduga. Seperti halnya kasus toilet ini. tak bisa direncakana, pun tak bisa ditolak. Begitulah kira-kira gambarannya. Dengan kata lain “memaksa”. Sehingga tak ada yang bisa membuat janji bahkan membatalkan secara sepihak.

Bagaimana jadinya jika toilet yang ada tidak layak?

Pertanyaan yang tidak mengagetkan memang. Sangat sulit menemukan toilet yang menyandang predikat layak, bahkan di tempat umum sekalipun. Satu-satunya yang layak menurut Day adalah toilet SPBU, itupun tidak semdua SPBU menyandang predikat layak.

Semoga di waktu mendatang segera terbangun sarana umum ynag memenuhi kriteria serta terwujud SDM yang sadar akan pentingnya budaya hidup bersih, terutama di tempat umum khususnya toilet.

Pesan Day: keinginan yang tak bisa dibendung memag menyakitkan, namun bukan berarti kesakitan itu harus ditambah dengan kondisi sarana yang me(sensor)kan. Terima kasih.

Jangan lupa untuk mencantumkan saran dan kritik di kolom komentar yah... 

MODUS = MODUS

Seperti biasanya, hari itu (6/11) Day malas untuk kuliah. Entah kenapa, Day tidak tahu. Yang pasti ketika ada yang mengaitkan kuliah dengan pekerjaan, Day jadi ilfil. (loh, ga nyambung).

Sengaja Day hanya masuk kuliah siang, badan Day terasa lemas dan pegal saat bangun tidur. Day putuskan untuk istirahat dulu di rumah singgah kedua.  Hasrat Day untuk melobi dua mata kuliah ini sudah Day pikrkan matang. Yang pertama, bahasa Inggris, memang agak menegangkan. Namun Day coba untuk tidak memaksakan diri bergumul dengan mata kuliah dalam kebosanan. Dan untuk MSI (Metodologi Studi Islam), Day masih bisa santai, karena hari itu adalah kuliah ke dua setelah ada rolling dosen. Hehe hari yang penuh dengan modus.

Sebenarnya keinginan Day untuk mbolos kuliah tidak terencana sama sekali (baca: spontan). Keinginan ini muncul tiba-tiba saat Day hendak berangkat. Dengan alasan bawaan yang banyak dan badan yang masih pegal-pegal, akhirnya Day yakinkan bahwa yang Day lakukan adalah benar. Daripada tidak fokus kuliah, bela Day.

Awalnya Day hanya ingin mbolos satu mata kuliah saja, tapi karena berbagai faktor seperti kepulihan tenaga dan lain sebagainya, akhirnya Day lanjutkan aksi Day hingga menjelang pukul satu siang .

Gerimis yang turun semapt menggoda Day untuk melanjutkan aksi jahat Day memangkas waktu kuliah. Namun akhirnya dengan raut muka malas tanpa mandi dan make up (kaya pernah pake make up aja, hehe), akhirnya Day berangkat. Entah kenapa Day lebih pede keluar rumah dengan tampang asli bangun tidur, rasanya seperti menunjukkan pada dunia bahwa inilah Day yang sebenarnya. Soalnya kalo pake make up juga nantinya jadi “inilah hasil dari make up merek xxx” hehe.

Di tengah perjalanan, Day baru sadar kalau waktu Day berangkat tadi ternyata masih pukul 12:20 WJD (Waktu Jam Day) yang berarti menunjukkan pukul 12:30 di jam kampus. “Masih harus nunggu lama untuk masuk kelas,” batin Day. “Apalagi dosennya sering telat masuknya.” Hedeeeh,,,

Dan benar, pukul 12:30 WJD, Day sampai kampus. Itu artinya Day harus menunggu hampir satu jam sebelum kuliah dimulai. Sungguh waktu yang terbuang L. Sampai di kampus, suara bising teman-teman mulai terdengar. Bukan pamer teman nih ya,,, ternyata (hampir) semua teman Day perhatian sama Day. Gimana enggak? Sampe kampus pada nanyain, mbak kok baru berangakt?, tadi kemana,? Mbak, kok baru keliatan,? kok ga kuliah?.

Hehe, terima kasih teman. That’s all I can give for you.

Saat sedang asyiknya bercengkrama dengan teman-teman (baca: ngerumpi), tiba-tiba pak dosen masuk kelas. Dan alangkah kagetnya Day ketika melihat beliau membawa tumpukan kertas kosong. Dan hati kecil Day berkata, “pasti mau ujian nih”.

Menyadari akan adanya ujian dadakan, Dengan sigap Day membuka coretan tentang materi yang pernah disampaikan beberapa waktu kemaren, sebelum dilarang gitu maksudnya hehe.

Akhirnya ujian selesai dikerjakan denagn apa adanya.  Jam kuliah selanjutnya pun dimulai. Kantuk meradang, tak kuat menahan. Akhirnya kuliah berjalan dalam kekantukan yang luar biasa.

Alhamdulillah Day bisa pulang.

Petualangan baru dimulai. Biasanya, Day pulang menaiki bis jurusan Kudus-Jepara. Namun, kala itu, Demi Mengharapkan efisiensi waktu dengan tidak memilih-milih bis yang lewat, Day putuskan untuk naik bis jurusan semarang jepara. Daaaaaaaaaaan, Day salah. Efisiensi yang Day harapkan berbanding terbalik dengan kenyataan. Bis yang Day naiki tidak melewati tempat tinggal Day. Dan itu artinya Day harus berfikir ekstra, bagaimana Day pulang tanpa keluar biaya hahaha (dasar otak atm). singkat cerita Day pulang dijemput sepupu Day di depan Rumah tahanan (RUTAN) Jepara.

Day



JUST A FRIEND

Assalamu’alaikum,,
Pagi-pagi tiba-tiba terinspirasi akan sebuah istilah yang cukup familiar di telinga tapi terkadang tak dihiraukan. Tidak sulit untuk mendapatkannya, tapi sulit untuk menjaganya.
Sebenernya tadi mau di posting ke eksposrakyat.net, tapi berhubung limited access untuk kesana jadi Day posting aja di notes Facebook ini.
Buat yang mau baca artikel lainnya dan punya akses yang cetar membahana tingkat dewa silakan buka link berikut : http://eksposrakyat.net/2013/06/hidup-tanpa-makan-dan-minum-mungkinkah/ dan http://eksposrakyat.net/2013/06/uin-walisongo-hadirkan-cak-nun/. Selamat membaca J.

Teman,
Yah, satu kata yang cukup mewakili bahwa di dunia ini manusia tak bisa hidup sendiri. Satu kata yang hanya merupakan kata dasar yang menginspirasi segala hal. Segala hal?

Iya, segala hal. Manusia yang sejatinya adalah makhluk sosial yang (katanya) tak bisa hidup sendiri, membutuhkan teman untuk sekedar teman ngobrol, teman kerja atau mencurahkan isi hati.

Untuk menjadi teman sebenarnya cukup mudah, tak perlu menunggu konfirmasi pertemanan seperti yang da dalam jejaring sosial seperti facebook, twitter, linked in dan lain sebagainya yang memerlukan konfirmasi dari si pemilik akun yang dimintai permintaan. Tapi seharusnya seperti kebanyakan jejaring sosial yang tidak cukup terkenal seperti iq elite, qeep, lovetime atau www.chatting.com.
Kelompok Jejaring sosial pertama cukup memberi batasan terhadap pemilik akun untuk menentukan teman yang diinginkan oleh si empunya. Namun untuk kelompok kedua sudah tak ada lagi batasan di dalamnya. Jadi siapapun yang online dengan akun yang telah dimiliki, secara otomatis akan memiliki akses yang bebas terhadap akun lain yang ingin dikenal lebih dalam.

Pembahasan Day kali ini adalah tentang situs pertemanan di dunia nyata. Hah, memangnya ada? Day jawab, ada.
Dunia yang kita tinggali saat ini layaknya situs jejaring sosial yang sangat bebas tanpa batas. Bebas mengakses seluruh lini kehidupan siapapun selagi kita mau dan mampu melakukannya. Namun, adakalanya seseorang tidak memiliki dukungan baik lingkungan ataupun akses untuk menempuh lini yang lebih jauh. Sebenarnya hal tersebut tidak bisa menjadi alasan. Karena bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun setiap orang bisa mendapatkan teman sebanyak yang dia mau.

Banyak orang yang mengnggap bahwa teman dunia maya terasa lebih nyata (yeah, dan saya juga merasakannya. Apakah bisa disebut perilaku menyimpang? I don’t think so. Karena setiap hal adalah proses menuju suatu hal lain yang (dianggap) lebih perfect. Meskipun tidak menutup kemungkinan akan ada perputaran yang sama setelahnya. Solusi yang mungkin bisa diambil adalah dengan memilih dan memilah orang orang yang pantas berteman dengan kita serta bisa menerima pertemanan kita.  

Perasaan bahwa dunia maya lebih terasa nyata mungkin disebabkan oleh tidak adanya kepuasan atas apa yang telah dicapainya di dunia nyata. Semua yang dirasakannya terasa tak berguna (atau apalah yang sejenisnya). Tak perlu menyalahkan siapapun untuk menghindari tersangka yang tak diinginkan. Namun lebih tepatnya bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi.

Hyyuuuh,,, ckckck.. dunia semakin canggih hingga yang salahpun tak mau disalahkan. Mungkin ada yang berpendapat seperti itu. Tidak salah memang, tapi juga bukan berarti berhak menyalahkan yang lain. Toh, kalau diteruskan seperti itu. Ujung-ujungnya malah menakutkan karena hanya saling menyalahkan.
Ah, sepertinya tulisan Day terlalu panjang untuk hari ini. Semoga tidak membuat temans malas untuk membacanya yah...

Intinya, Day hanya mengingtkan bahwa teman adalah bukan siap yang telah kita kenal jauh sebelum hari ini. Tapi siapapun yang bisa menerima kita dengan segala yang kita miliki.That’s all...

Have a nice day,, Wassalamu’alaikum.

WE LOVE JEPARA

Jujur saja, sebagai warga Jepara yang lahir di Jepara, Day belum faham betul mengenai apapun tentang jepara. Baik wilayah, adat, budaya dan sebagainya. Ironis memang, namun inilah kenyataannya. Banyak waktu yang Day isi di luar wilayah Jepara. Tidak main-main, hampir tujuh tahun, Keren gak tuh??. 

Sebelum menyadari akan hal ini, day tak pernah memikirkan apapun yang akan terjadi suatu hari nanti. Namun setelah melihat realita yang ada bahwa day tertinggal jauh di wilayah sendiri membuat day risih. Seolah menyesal telah menghabiskan waktu di negeri seberang. 

Sempat terfikir untuk tour keliling jepara, namun tak pernah tercapai karena banyak alasan. Hingga akhirnya day bisa kuliah di jepara tercinta ini. Memang bukan hal yang mudah. banyak pengorbanan dan pergolakan yang harus day hadapi. Dari psikologis hingga materialis. Namun, day yakinkan dengan argumen bahwa tak ada yang sia-sia jika kita mau mengambil sisi positifnya tanpa menafikan sisi negatif yang ada. 

“Orang jepara harus mampu menghidupkan jepara,” kata teman day dalam perbincanagn satu hari yang lalu di kampus. Ironisnya, teman Day ini bukan orang Jepara. Dan belum tentu orang jepara sendiri memiliki pemikiran yang sama. Pernyataan dari teman Day tadi sempat berhasil menggugah semangat Day yang sempat luntur. Alhamdulillah. 

Memang kenyataan berkata demikian. Banyak warga Jepara yang justru mencari pengalaman hidup (baca: penghasilan dan pendidikan) ke luar daerah Jepara. Banyak alasan yang melatar belakangi hal ini. Kebanyakan menganggap bahwa yang jauh lebih menjanjikan daripada yang dekat, baik kualitas maupun hasil yang dijanjikan. 

Baiklah, mengenai kualitas, bukankah kualitas ditentukan oleh SDM yang handal?. SDM yang handal akan mendapat tempat yang layak dimanapun ia tinggal. Adapun ketika SDM yang kurang layak mendapat tempat yang selevel dengan yang diatasnya adalah sebuah keberuntungan. Sehingga dimanapun kita berada, diri kitalah yang menentukan nasib kita. Tak perlu jauh-jauh ke ibukota atau ke bapakkota, di daerah sendiri pun banyak tampungan untuk SDM yang layak. 

Lalu tentang hasil yang dijanjikan. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kebanyakan masyarakat jepara telah terpengaruh budaya konsumtif. Sarana yang menyediakan fasilitas denagn cara yang instan amat sanagt diminati. Hal ini tentu membutuhkan modal besar jika tidak ingin kejatuhan pasak yang besar. Fenomena semacam inilah yang menjadikan banyak warga yang memilih bekerja di luar daerah demi memenuhi kebutuhan semacam tadi. 

Jepara memiliki banyak sekali potensi, baik di bidang pariwisata, budaya, kuliner hingga seni yang sudah mendarah daging di masyarakatnya. Namun di masa mendatang, hal ini tentu tidak akan menjadi sedemikian rupa jika kita sebagai generasi muda tidak melestarikannya. Marilah kita jaga dan lestarikan apa yang telah dimiliki jepara. jangan sampai direnggut oleh alien dari planet lain (baca: daerah lain), baru kemudian mencak-mencak setelah kehilangannya. 

Sebagai langkah prefentif, ada baiknya kita menjaga dan melestarikan apa yang kita miliki. Bukan hanya sekedar menjaga, namun lebih kepada rasa terimakasih terhadap apa yang telah diwariskan leluhur kepada kita. Jika tak ada mereka, mungkinkah ada kita?, jika kita tak menjaga, mungkinkah generasi kita bangga?. 

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, namun jangan lupa untuk kembali setelah berhasil. we love you. 

Pesan day: tetap cintai Jepara.  We Love Jepara.

TAK ADA YANG "NIHIL"

Mengajar itu bukan hanya tentang teks, tapi juga pengalaman hidup. Seperti dosen saya yang satu ini. di setiap pertemuan, materi kuliah yang beliau sampaikan tidak pernah lepas dari pengalaman pribadinya. Entah baik atau buruk, selama masih berhubungan dengan bahasan yang diajarkan, tak segan-segan beliau menguraikan apa yang pernah beliau rasakan.
Sebenarnya beliau tidak dengan sengaja menguraikan hal tersebut, terkadang hanya karena beberapa kata yang menyangkut tentang suatu hal beliau jadi tertarik untuk membahasnya. Pembahasan yang dilakukan justru lebih mendalam dan lebih eksklusif dari materi kuliah yang sebenarnya.Tak jarang pula cerita yang disampaikan adalah cerita yang entah sudah berapa kali disampaikan. Sehingga banyak dari teman-teman sekelas yang sampai hafal alur yang akan disampaikan bapak dosen, haha. Lucu juga sih, cukup menghibur saat suasana bosan dan kantuk mulai berdatangan. 
Seperti halnya hari ini, kelas yang tak lagi seperti kelas. ketika pak dosen sedang menerangkan tentang “karya ilmiah”, terlihat teman-teman tak berbeda dengan saya, bahkan lebih parah. Ada yang tidur, ngobrol, main laptop, hingga membuka panti pijat (eh..).
Di tengah penjelasan beliau yang semakin membosankan dan mengantukkan, saya tersadar dan tergugah dengan pembahasan beliau yang menarik. Entah dari bahasan apa, tiba-tiba beliau menyampaikan tentang pentingnya bermusyawarah. Baik dalam lingkup formal maupun nonformal, seperti keluarga.
Dalam sebuah keluarga, sangat dibutuhkan adanya keharmonisan. Sifat harmonis ini pun dapat diciptakan dengan berbagai hal, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada seluruh anggota keluarga untuk beraspirasi dalam setiap pengambilan keputusan.
Seperti yang disampaikan sang dosen, dalam keluarga tidak diperbolehkan menganggap apa yang dimilikinya adalah haknya secara penuh. Meskipun cara mendapatkannya adalah dari jerih payahnya, tidak menutup kemungkinan anggota keluarga yang lain dapat turut andil dalam pengambilan keputusan mengenai hal tersebut.
Pengambilan keputusan secara sepihak dapat mengakibatkan krisis eksistensi di antara anggota keluarga. Akibatnya anggota keluarga sering merasa diabaikan dan dinafikan hak-haknya dalam lingkup tersebut. Tak jarang pula terjadi cek cok yang berkelanjutan akibat hal sepele karena merasa tidak dianggap atau menganggap keputusan yang telah diambil secara sepihak tidak bermanfaat.
Keluarga adalah lingkup terkecil dalam masyarakat, tentu masalah yang hinggap tak serumit masalah yang ada di luar. Tahap pembelajaran yang paling mengena dan paling efektif pun ada di lingkup keluarga. Indikasinya, jika kita mampu menyelesaikan masalah dalam keluarga, kemungkinan untuk mampu bersaing di masyarakat semakin tinggi.
Begitulah yang saya tangkap dari pembahasan “tak sengaja” oleh beliau. Kuliah yang membosankan tidak selamanya nihil informasi dan pengetahuan. Kebosanan adalah titik terkecil dari sebuah pengalaman, tentunya penalaran dan logika harus dipakai dengan seksama pula. Sehingga kita tidak terjatuh di jurang kehancuran yang kita buat bersama kebosanan kita.
Maksudnya, kebosanan kita tidak serta merta dijadikan sebagai monster besar yang menjadikan kita tidak antusias dengan keadaan. Beberapa hal menarik yang sepertinya tidak berarti terkadang bisa menjadi magnet besar untuk menjadikan kita lebih tertantang untuk semakin maju. Kecuali jika Anda memang sudah terpuruk terlalu jauh.
Ah, tak ada keterpurukan yang abadi. Tuhan menjadikan manusia dengan problem dan solvernya, itu pasti. Jadi, jika Anda tetap terpuruk dengan keadaan Anda, diskusikan dengan orang terdekat Anda. Semoga lekas mendapatkan pencerahan. Amin.
Demikian coretan saya kali ini, dari kuliah yang membosankan hingga diskusi keluarga dan keberanian untuk terjun di masyarakat. Day tunggu komentarnya di bawah. Janagn lupa satan dan kritiknya.
Day


ATURAN OH ATURAN ...........


Pagi yang indah di hari Jum’at. Meskipun banyak yang mengatakan akan keseraman yang menghinggapi hari. Sepertinya hal itu tidak mempengaruhi Day sama sekali. Semua hari sama bagi Day. Tak ada yang membedakan satu sama lain.
Seperti biasa, hari ini kuliah siang. Day memiliki sedikit banyak waktu untuk berlama-lama di rumah sebelum berangkat ke kampus. Jujur saja, bukan hal yang indah ketika membayangkan perjalanan dari rumah hingga ke kampus. Baik dengan naik angkutan umum (baca: bis), motor ataupun nebeng. Ketiganya sama-sama melelahkan.
Memang perjalanan dari rumah menuju kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain rute yang cukup panjang yang menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam, kelengkapan surat-surat juga menjadi kendala bagi day.
Sebagai mahasiswa yang (seharusnya) mengerti aturan pemerintah tentang aturan berkendara di jalan, day sempat mengalami pergolakan batin yang amat sangat menegangkan.
Di satu sisi, kendaraan umum adalah opsi pertama sebagai sarana untuk sampai ke kampus. Konsekuensi dari pilihan pertama ini day tidak bisa mengatur waktu yang tepat untuk sampai di kampus. Selain itu, dibutuhkan pula  kerja ekstra karena jarak dari rumah day hingga halte pemberhentian bus harus ditempuh dengan sepeda motor. Artinya day harus meminta bantuan orang lain untuk bisa sampai ke halte. Begitu pun saat pulang dari kampus.
Di sisi lain, jika day memilih menggunakan kendaraan pribadi (baca: motor) untuk mengantarkan day ke kampus, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya yaitu kelayakan kendaraan yang Day gunakan dan kelengkapan surat-suratnya. Hal ini menjadi sebuah kewajiaban yang harus dipenuhi.
Mungkin banyak orang yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Sisi ekonomis dan efisiensi waktu menjadi daya tarik tersendiri bagi kebanyakan orang. Namun banyak pula yang mengabaikan keamanan, baik pengendara sendiri ataupun orang lain. bahkan terkadang justru menyalahkan aturan yang berlaku demi membela kesalahan yang telah diperbuatnya. Duuuhhh........
Pemandangan semacam ini memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Banyak yang mementingkan kenyamanan pribadinya tanpa memikirkan keselamatan orang lain. adapula yang sengaja melanggar peraturan karena menganggapnya bukan sesuatu yang logis dan lain sebagainya.
Segala peraturan dibuat untuk kenyamanan dan keamanan objek yang diberi aturan. Bukan semata-mata menaikkan pamor si pembuat aturan.
Sebagai masyarakat yang sadar aturan, sudah sebaiknya kita menyadari akan hal ini. Berpikir ulang sebelum melakukan tindakan adalah tindakan orang bijak.
Aturan oh aturan ................
Pesan Day:
Peraturan dibuat bukan hanya sebagai iklan, tapi perlu kepatuhan untuk menjalankannya. Semoga menginspirasi.
Hosting Gratis

Total Pageviews

Ad Space

Ad Space

Blogger news

Hosting Gratis
Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

search here