bluuur


Sukses bukan hanya mencapai suatu target, namun lebih dari perkembangan menuju lebih baik dari hari sebelumnya.
Albert sinsten : “ imagination is more important than knowledge”
Angan-angan atau bahasa kerennya imajinasi jangan diartikan hanya sebagai bayangan, namun lebih harus direalisasikan dalam sebuah tindakan. Tindakan menuju perubahan, menuntut kesuksesan.
Banyak kalangan menganggap bahwa kesuksesan adalah sebuah pencapaian tertentu dalam bidang materiil,cenderung pada hal hal yang hanya dapat dinilai dengan hitungan uang. Namun, jika diteliti lebih dalam, makna kesuksesan tidak akan berhenti di nilai nominal. Kesuksesan dapatmencakup berbagai aspek, diantaranya sukses intelektual, fisik, sosial dan spiritual.

Awala dari segala hal yang ingin kita wujudkan adalah diri kita. Yang kemudian diatur oleh kita untuk nantinya berguana untuk kita. Jadi, mulailah dari sekarang. Tidak salah jika kita berangan angan, bermimpi dan berimajinasi. Jika kita yakin bahwa itu akan terwujud, pasti terwujud. Begitupun sebaliknya. 
Mungkin benar apa yang dikatakan bondan prakoso dalam lagunya, “hidup berawal dari mimpi”. Banyak orang sukses yang memulai karirnya dari alam mimpi mereka. Namun mereka tidak hanya diam membayangkan mimpi mereka terwujud, namun mereka juga menggerakkan tjari jari mereka untuk merealisasikan mimpi tersebut.




Dalam merealisasikan ini pula, bukan tidk mungkin akan ditemui berbagai kendala yang menghalau menghalangi trcapainya sebuah tujuan. Orang yang bijak tidak akan tinggal diam menghadapi hal semacam ini. Mereka akan menganggap bahwa hal seperti ini adalah hal yang wajar namun tidak boleh dijadikan hambatanuntuk menghentikan langkah kita. Bahkan harus menjadi penyemangat untuk lebih cepat menggapai mimpi tadi.

tulisan yang bikin gggrrrhh,,,


beberapa bulan yang lalu, pas masih awal-awal kuliah Day (nyoba) daftar jadi anggota di salah satu UKM yang bergerak di bidang jurnalistik. Syarat untuk masuk ke Unit termasuk selain administrasi yang seperti biasanya adalah harus bikin karya baik berupa tulisan, gambar atau apapun dengan tema yang telah ditentukan. Nah, karna Day emang gak punya bakat di bidang lain selain menulis (ecek-ecek), ya udah Day akhirnya nulis tulisan dengan tema Agama (ato apa ya? lupa :) ). 
Dan, setelah mengikuti tes lisan yang diselenggarakan akhirnya Day masuk ke checklist yang diterima. Alhamdulillah banget sih, tapi yang "wow" itu ketika day gak punya keinginan untuk melanjutkannya. Jadi cuma buat ngetes kemampuan Day aja kali ya... gak tau kenapa, Day jadi emang gak pengen aja buat ngelanjutin. whatever... apapun yang terjadi sudah ada jalannya masing-masing. mungkun di balik semua ini ada hikmah segede langit yang telah menanti.... 
ini tulisan yang Day buat waktu itu 

Agama, antara kebutuhan dan kesadaran 

Sejarah agama di dunia memang tidak terlepas dari peran manusia sebagai subjek dan objek dari prinsip keagamaan. Namun, ada sebagian orang menafikan fitrah manusia ini. Padahal, jika dilihat lebih dalam hal ini merupakan hal pokok yang sangat penting untuk dipertahankan agar manusia tidak kehilangan kodrat kemanusiaannya.
Manusia diberi akal oleh Tuhan sebagai keunggulan yang dimilikinya dibandingkan makhluk lain. Dengan akal, manusia dapat mengembangkan apa yang dimiliknya untuk dapat diterjemahkan sesuai kebutuhan dan keadaan. Selain itu, akal juga merupakan wasilah yang dapat mempertemukan manusia dan Tuhannya dalam satu titik spiritual, yaitu agama.
Allah swt. Berfirman : “maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan kamu tidak mengetahui”. (Q.S Ar-Rum: 30)
Tuhan menciptakan manusia mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid (yang mengesakan tuhan).  Jadi, tidak alamiah jika ada yang mengatakan bahwa manusia tidak membutuhkan agama atau memiliki lebih dari satu agama. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab adanya keterkaitan antara akal, manusia dan agama.
Akal manusia adakalanya akan bekerja menjelajah keilmuan-keilmuan yang bersifat relatif  (nisbi), sehingga akan dengan mudah menerima kodratnya sebagai manusia dengan fitrah keber-agama-annya. Namun adakalanya pula ia akan bekerja menjelajah alam yang bukan menjadi wilayahnya (alam gaib), yang tidak terjangkau kekuatan akal sehingga menyebabkan pertentangan terhadap kodrat yang menjadi pangkal kesesatan dalam hidupnya.
Dalam hal ini,  agama dan akal saling berkaitan satu sama lain. Seorang ahli fisika Jerman mengatakan bahwa “keilmuan tanpa agama adalah pincang sedangkan keilmuan tanpa agama adalah buta”. Jadi, terdapat hubungan kausalitas antara agama dan keilmuan yang saling memepengaruhi satu sama lain. Penjelasannya, apabila manusia hanya beragama tanpa menguasai keilmuannya, dia akan seperti orang yang berjalan dalam kegelapan yang hanya mengikuti jalan dihadapannya tanpa mengetahui tujuan yang pasti. Pun apabila manusia hanya memahami keilmuan tanpa mengakui keber-agama-annya, dia akan mengalami kebingungan dengan dirinya sendiri karena tidak tahu seperti apa perealisasian dari pengetahuan yang dimilikinya tersebut.

Terlepas dari keilmuan, kebutuhan manusia akan agama sebenarnya memiliki alasan dan tujuan yang real bagi kehidupan manusia. Diantaranya adalah untuk mendidik manusia agar memiliki aqidah yang positif, tepat dan benar. Sehingga fitrah yang diberikan tuhan tidak hanya tinggal fitrah tetapi juga membantu manusia menerima kodratnya sebagai makhluk.
Disini, kita sebagai manusia hendaknya menjaga fitrah Tuhan dengan sebaik-baiknya untuk kemudian di kembangkan dan diamalkan, tanpa menafikan hak orang lain untuk berpegang pada prinsip mereka.







Hosting Gratis

Total Pageviews

Ad Space

Ad Space

Blogger news

Hosting Gratis
Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

search here